SEKILAS PERJALANAN DAN PRESTASI IPTEK DI BAWAH NAUNGAN ISLAM

17 01 2012

Kaum muslim saat ini berada dalam keadaan tidak berdaya dan mengalami stagnasi bahkan kemunduran dalam berbagai bidang terutama Iptek. Sekalipun memiliki kekayaan SDA yang melimpah dan SDM yang mayoritas Muslim namun tetap terkebelakang bahkan masih terjajah. Keadaan menyedihkan ini bukan disebabkan lantaran mengikuti aturan Islam tetapi justru karena kaum muslim tidak mengikuti aturan Islam atau tidak adanya kesungguhan kaum muslim dalam mengaplikasikan Islam sebagai pandangan hidup atau ideologi.
Tidak ada umat yang maju, baik dalam bidang Iptek maupun bidang yang lainnya tanpa berpedoman pada ideologi tertentu, tak terkecuali kaum Muslim. Orang-orang Barat berpedoman pada ideologi kapitalisme dan mereka meraih kemajuan diberbagai bidang. Karena sebelumnya perkembangan Iptek mengalami kemandegan pada masa kekuasaan gereja-gereja kristen di eropa. Oleh karena itu, diambilah jalan tengah yaitu kapitalisme. Selain itu, orang-orang di wilayah bekas Uni Soviet dan Eropa Timur pernah mangambil komunisme dan mereka pun mengalami kemajuan, khusunya dalam bidang Iptek.
Islam tidak hanya agama, tapi Islam adalah ideologi yang berasaskah akidah dan melahirkan peraturan yang menyeluruh. Aturan Islam seluruh aspek kehidupan, tidak hanya hubungan dengan Allah tapi juga hubungan dengan sesama dan individu sendiri. Islam sebagai ideologi mendorong manusia untuk berpikir dan memperoleh pendidikan, Kaum muslim diwajibkan untuk berinteraksi dengan umat lain dalam rangka menyampaikan dakwah kepada mereka. Dalam upayanya melaksanakan tugas ini, kaum muslim diperintahkan untuk membangun kekuatan material. Khalifah bertanggung jawab untuk menggunakan segala cara yang diperbolehkan syara’ untuk memelihara urusan umat. Ini semua merupakan faktor yang mendorong kaum muslim untuk menguasai Iptek.
Sejak masa-masa awal Islam, kaum muslim di seluruh wilayah pada umumnya dan di jazirah Arab pada khususnya, pergi menjelajahi berbagai daratan, bukit, sungai, lautan, hutan, dan gurun untuk keperluan jihad, haji, atau berdagang. Dalam melakukan aktivitas hidupnya, mereka mengumpulkan berbagai informasi tentang masalah-masalah sosial, politik, sejarah, geografi, ekonomi, pertanian, maupun masalah-masalah lainnya dari negeri yang dikunjungi atau ditempati.
Informasi yang dikumpulkan semakin banyak, maka beberapa pengetahuan seperti sejarah dan gografi pun semakin berkembang. Pada masa-masa tersebut, penjelajahan merupakan aktivitas yang membosankan sekaligus membahayakan, karena belum ada sarana transportasi selain hewan dan jalan yang permanen. Namun, kaum muslim telah sering melakukan penjelajahan dan ekspedisi melalui berbagai macam medan.
Dengan kecermatan pengamatan, mereka mengumpulkan informasi tentang hewan seperti kuda, unta, dan domba, serta sejumlah tumbuhan yang biasa tumbuh di padang pasir. Pemanfaatan beberapa jenis tumbuhan untuk keperluan obat-obatan juga sudah dikenal. Penyebutan beberapa istilah organ luar dan dalam tubuh manusia dan hewan dalam beberapa literatur Arab pra-Islam menunjukkan bahwa pengetahuan mereka tentang anatomi sudah cukup berkembang. Bangsa Arab juga sudah mempunyai pengetahuan tentang astronomi dan meteorologi. Mereka telah memilki informasi mengenai beberapa bintang, pergerakan planet-planet, serta pola cuaca. Mereka juga menguasai beberapa keahlian, seperti pengembangbiakan kuda maupun perawatan unta.
Agar karya ilmiah dari luar negeri dapat dipahami dengan mudah, maka perlu dilakukan alih bahasa atau penerjemahan karya ilmiah tersebut ke dalam bahasa Arab. Bahasa Arab merupakan bahasa yang fleksibel dan kaya, sehingga berbagai istilah dalam ilmu-ilmu baru itu dapat dijelaskan dengan mudah. Tujuan ilmu tentu bukan sekedar penerjemahan yang terpenting adalah mendayagunakan apa yang telah diterjemahkan itu.
Sekolah-sekolah didirikan disejumlah tempat di dunia Islam untuk mengemban tugas penerjemahan. Pada masa Khilafah Bani Abbasiyah, khusunya zaman Khalifah al-Mansur dan al-Makmun, berbagai aktivitas sudah banyak dilakukan untuk menyiapkan dan menerjemahkan berbagai karya ilmiah. Pada akhir abad ke-10 telah banyak karya penting yang berhasil diselesaikan. Para penerjemah berasal dari berbagai golongan etnik, seperti Naubakht dari Persia, Muhammad bin Ibrahim al-Fazari dari Arab, dan Hunain bin Ishaq yang dulunya adalah seorang penganut Kristen Nestorian dari Hirah.
Para ilmuwan muslim seringkali menerima kesimpulan ilmiah dari pihak lain, kemudian mengujinya dengan melakukan verifikasi. Namun tidak jarang pula mereka melakukan observasi dan eksperimen terhadap masalah-masalah baru hingga menghasilkan penemuan-penemuan baru. Para ilmuwan muslim biasa menggunakan pendekatan praktis bagi permasalahan ilmiah yang memuat pemikiran-pemikiran abstrak.
Para ilmuwan muslim sudah mengenal aspek fisik (kualitatif) dan aspek matematis (kuantitatif) dari suatu ilmu pengetahuan. Mereka melakukan penelitian terhadap aspek kualitatif maupun kuantitatif dari berbagai problem ilmiah. Sebagai contoh, Ibnu Khurdadhbeh menghitung derajat lintang dan bujur berbagai tempat di dunia Islam. Sementara itu, al-Biruni menghitung gaya tarik sejumlah zat kimia.
Eksperimen-eksperimen ilmiah dalam bidang kimia, fisika, dan farmasi dilakukan di laboratorium, sedangkan penelitian dalam bidang patologi dan pembedahan dilakukan di rumah sakit-rumah sakit. Sejumlah observatorium juga dibangun di beberapa lokasi di dunia Islam, seperti di Damaskus, Baghdad, dan Naisabur untuk melakukan pengamatan astronomi.
Persiapan bedah mayat juga dilakukan dalam rangka praktik pengajaran anatomi. Khalifah al-Mu’tashim pernah mengirimkan kera untuk dijadikan peraga dalam kegiatan ini. Demonstrasi operasi pembedahan bagi para mahasiswa diberikan di rumah sakit-rumah sakit.
Tingkat melek huruf di kalangan kaum muslim mencapai level tertinggi pada abad 11 dan 12 M. Tingginya semangat keilmuan pada masa itu diindikasikan dengan karya optik Shihab al-Din al-Qirafi, seorang ulama fiqih dan hakim Kairo yang menangani 50 macam masalah penglihatan.
Dalam naungan hukum Islam, para ilmuwan tidak hanya memberikan konstribusi demi kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi juga mengaplikasikan penemuan ilmiahnya dalam bentuk inovasi teknologi. Mereka mengamati bintang-bintang, kemudian menyusun peta bintang untuk keperluan navigasi. Ibnu Yunus memanfaatkan pendulum untuk menentukan ukuran waktu. Ibnu Sina menggunakan termometer udara untuk mengukur temperatur udara. Kertas, kompas, senapan, bubuk mesiu, asam anorganik, dan alkali merupakan sebagian bukti perkembangan Iptek di kalangan ilmuwan Muslim yang menghasilkan revolusi peradaban manusia yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Para ilmuwan Muslim menjadikan aljabar sebagai cabang dari matematika. Istilah’aljabar’ berasal dari bahasa Arab yaitu ‘Jabr’. Para cendikiawan Muslim juga mengembangkan trigonometri bidang datar dan sferis, serta mengaplikasikannya dalam ilmu astronomi. Mereka juga membedakan astrologi dari astronomi, astrologi adalah keyakian bahwa posisi bintang sangat berpengaruh terhadap nasib manusia dan merupakan bid’ah sedangkan astronomi berkembang menjadi ilmu murni, setelah dibersihkan dari kepercayaan-kepercayaan takhayul.
Berbagai kata atau istilah Arab yang banyak digunakan dalam bahasa Eropa menjadi monumen hidup atau bukti nyata konstribusi kaum Muslim, pada sains modern. Disamping itu, sejumlah besar buku diberbagai perpustakaan di Asia dan Eropa, museum-museum di berbagai negeri, serta masjid dan istana yang dibangun berabad-abad silam juga merupakan bukti adanya fenomena penting ini dalam sejarah dunia.
Dalam proses penerjemahan, banyak nama ilmuwan muslim yang mengalami perubahan,sehingga membuat para pembaca mengira bahwa mereka adalah orang-orang non- Muslim dari Eropa. Beberapa nama diantaranya adalah:
Abul Qasim al-Zahrawi menjadi Albucasis
Muhammad ibnu Jabir ibnu Sinan al-Battani menjadi Albbetinius
Abu ‘Ali ibnu Sina menjadi Avicenna, dll.

Dengan demikian, jelas sekali bahwa semangat penelitian di kalangan kaum Muslim serta metode ilmiah yang mereka rumuskan telah menghasilkan revolusi ilmu pengetahuan modern.
Wallahu’alam…
Dikutip sebagian besar dalam buku Warisan Peradaban Islam & Saintis Muslim oleh Shahib al Kutb…
*Mujahiddah Balangan^_^


Aksi

Information

Tinggalkan komentar