MEMBANGKITKAN JIWA BERKORBAN UNTUK KEMENANGAN HAKIKI

25 11 2012

kemenangan hakiki
Beberapa minggu lagi kita akan menyambut dan merayakan Idul Adha, ingatan kita pasti melayang pada kisah Nabi Ibrahim as. yang Allah SWT perintahkan untuk menyembelih putra kesayangannya, Nabi Ismail as. Kisah ini telah begitu lekat di dalam benak kita serta selalu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi orang-orang yang beriman dan berserah diri. Allah SWT telah mengabadikan kisah kedua kekasih-Nya ini dalam al-Quran surah ash-Shaffat : 101-102 yang artinya “Kami lalu memberikan kabar gembira kepada Ibrahim dengan (kelahiran) seorang anak yang amat sabar. Tatkala anak itu sampai pada umur sanggup bekerja dengan Ibrahim, Ibrahim berkata, “Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Karena itu, pikirkanlah apa pendapatmu!” Ismail menjawab,”Ayah, lakukanlah apa pun yang Allah perintahkan kepada engkau, insya Allah engkau akan mendapati diriku termasuk orang-orang yang sabar”.
Kisah ini setidaknya menggambarkan dua hal: ketaatan dan pengorbanan. Pertama: terkait ketaatan, kisah ini tegas mengajari kita agar kita selalu menaati semua perintah Allah SWT, meskipun untuk itu kita mesti mengorbankan sesuatu yang paling kita cintai, sebagaimana yang ditunjukkan Ibrahim as. dan Ismail as. Kita wajib menaati semua ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Kita pun wajib melaksanakan semua hukum Allah dengan hati tunduk dan pasrah. Sebaliknya, kita wajib menolak semua keyakinan/ideologi dan hukum yang bertentangan dengan akidah dan syariah Islam seperti sosialisme, komunisme, sekularisme, liberalisme, pluralism, demokrasi dll.
Kedua: lebih dari sekedar taat, kisah Ibrahim as. dan Ismail as. juga telah mengajari kita untuk mengorbankan apa saja yang kita miliki dan cintai sebagai bukti kepasrahan kita kepada Allah SWT. Apalagi Allah SWT telah menyuruh kita untuk menempatkan cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya di atas kecintaan kita kepada yang lain, bahkan di atas kecintaan kita kepada diri kita sendiri.
Saying, kisah ketaatan dan pengorbanan Nabiyullah Ibrahim as. dan Ismaial as. ini sekedar dibaca, namun belum dijadikan ibroh oleh sebagian umat Islam. memang tiap tahun mereka merayakan Idul Adha serta mengenang kisah ketaatan dan pengorbanan dua hamba Allah ini. Namun, kisah kedua kekasih Allah ini belum menyalakan keimanan dan ketundukan mereka secara total pada syariah Islam. mereka justru tetap berhukum pada aturan-aturan sekuler yang kufur seraya meminggirkan hukum-hukum Allah SWT dari kehidupan mereka. Bahkan sebagian mereka, khususnya para penguasa mereka, berusaha dengan keras menolak dan memusuhi syariah Islam. jika demikian, dimana mereka meletakkan kisah ketaatan dan pengorbanan Ibrahim as. dan Ismail as.?
Tidak hanya itu, ada pula sekelomok orang yang mengaku dirinya pengusung gagasan liberal (kebebasan), yang dengan terang-terangan dan tanpa malu berusaha dengan keras menjajakan pemikiran dan gagasan kufur yang ditunjukkan untuk menghancurkan Islam dan kaum Muslim. Dengan dalih demokrasi, HAM dan liberalism, mereka berupaya menundukkan al-Quran dan as-Sunnah di bawah kepentingan-kepentingan jahat mereka. Sesungguhnya seluruh pemikiran dan gagasan liberal tidak berasal dari sudut pandang Islam, tetapi berasal dari HAM, demokrasi dan liberalisme. Namun, agar ide-ide sesat mereka diterima dan disambut oleh kaum Muslim, mereka membungkusnya dengan label pemikiran Islam.
Di sisi lain, para penguasa di negeri-negeri Islam, termasuk negeri ini, malah menjadi penjaga setia sistem kufur. Mereka bahkan memaksa kaum Muslim untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum kufur itu. Bahkan dengan dalih menjaga konstitusi negara, mereka terus menghalang-halangi setiap usaha yang ditunjukkan untuk menerapkan syariah Islam secara total di negeri-negeri kaum Muslim. Sebaliknya, mereka bahkan terus memproduksi UU yang berlawanan dengan akidah syariah Allah SWT. Lahirlah di negeri ini UU KDRT, UU Migas, UU SDA Air, UU Penanaman Modal, UU Energi, UU Minerba, UU Pendidikan, UU Kesehatan, dan sebagainya, yang jelas-jelas merugikan rakyat dan kaum Muslim. Padahal sebagian besar penguasa maupun anggota perwakilan rakyat adalah kaum Muslim.
Penerapan sistem kufur ini telah berdampak luas bagi masyarakat dan kaum Muslim. Kesyirkan dan kemaksiatan marak di tengah-tengah masyarakat. Perzinaan, pembunuhan, pemakaian narkoba, mabuk-mabukkan, pencurian dan korupsi semakin merajalela. Kemaksiatan semacam perzinaan dan perselingkuhan malah disebarluaskan tanpa ada rasa malu lagi. Seks bebas bahkan difasilitasi dengan ATM kondom agar aman dari penyakit AIDS.
Sesungguhnya, kita yakin seyakin-yakinnya, bahwa satu-satunya solusi untuk menyelesaikan berbagai persoalan kaum Muslim seperti terpapar di atas adalah dengan menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam wilayah individu, masyarakat, dan negara. Sebaliknya, tatkala hukum-hukum kufur diterapkan di tengah-tengah masyarakat, kita akan terus bergelimang dalam kemaksiatan, kemunduran dan keterbelakangan. Oleh karena itu, sebagai wujud ketaatan kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, kita harus berjuang untuk menegakkan kembali syariah Islam dalam institusi Khilafah Islamiyah. Sungguh hanya dengan cara ini saja umat Islam bisa terbebas dari persoalan hidup mereka, dan hanya dengan cara ini pula umat manusia bisa keluar dari krisis multidimensional yang mendera kehidupan mereka.
Untuk itu, kita tidak boleh berdiam diri terhadap sistem dan aturan kufur yang diterapkan di tengah-tengah kita. Kita wajib berjuang menegakkan kembali syariah Islam dan Khilafah Islam. kita wajib memberikan andil dan kontribusi bagi perjuangan menegakkan kembali syariah dan Khilafah ini. Sebaliknya kita haram menolak dan memusuhi seruan untuk kembali pada syariah dan Khilafah. Kita juga wajib memberikan kontribusi, baik harta, tenaga, maupun pikiran demi tegaknya syariah Islam dan sistem pemerintahan Islam yang agung ini.
Akhirnya, Idul Adha dan kisah Nabiyullah Ibrahim as. dan Ismail as. ini harus kita jadikan inspirasi dan motivasi bagi kita semua untuk selalu menaati perintah Allah dan Rasul-Nya sekaligus untuk senantiasa berkorban dalam perjuangan menerapkan syariah Islam secara kaffah melalui penegakkan Khilafah Islamiyah, inilah kemenangan hakiki yang akan kita raih.

MARDIKAYAH
Mahasiswi FKIP Kimia Unlam Banjarmasin





PERAN KAMPUS (intelektual) UNTUK KEBANGKITAN ISLAM

16 06 2011

Kampus adalah aset besar yang selalu dijadikan sebagai lahan perubahan dan kemajuan suatu bangsa. Orang-orang yang berada di dalam kampus adalah orang-orang yang akan siap untuk melakukan suatu perubahan. Bahkan dalam kehidupan bermasyarakat, sering mengharapkan adanya suatu perubahan ditengah-tengah mereka dari kaum intelektual ini, karena mereka menganggap bahwa kampus adalah sebagai sarana dalam mengembangkan diri dan berbagai kreativitas untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih baik.

Kampus juga sering dianggap sebagai lahan bagi perkembangan orang-orang yang juga memiliki idealisme. Idealisme dalam artian kekuatan yang ada pada diri seseorang untuk membawa dirinya kepada suatu kemajuan, terlepas apakah idealisme itu shahih atau justru sebaliknya, menyesatkan. Dengan adanya idealisme ini, yang akan membawa kampus tersebut mengalami kemajuan. Dalam kehidupan kampus, didalamnya terdiri dari berbagai kalangan intelektual, mulai dari mahasiswa, dosen, para staf pegawai, birokrat dan juga pihak rektorat. Bahkan para pakar, seperti pakar pendidikan, pakar sains dan teknologi, dan pakar-pakar yang semua dengan mudah dapat dijumpai disini.

Sebagaimana juga diketahui, gerakan-gerakan mahasiswa juga sangat berkembang dikampus. Umumnya mereka yang menyandang status mahasiswa belum merasakan menjadi mahasiswa sesungguhnya jika ketika mereka mengecam pendidikan dikampus tidak ada kegiatan yamg mereka ikuti. Gerakan-gerakan yang muncul banyak sekali, mulai dari yang hanya sebatas bergerak di bidang kajian, penelitian ilmiah, bahkan mereka yang bergerak dalam suatu gerakan ekstrem. Berbagai macam lembaga ini yang menjadi tempat bagi mereka yang ingin mengembangkan berbagai kreativitasnya, dan sebuah gerakan adalah sarana yang sangat strategis untuk mencapai tujuan yang hendak diraih.

Banyak orang mengatakan, bahwa mahasiswa adalah agent of change atau agen perubahan. Artinya, setiap perubahan yang terjadi di masyarakat, baik perubahan itu parsial ataupun secara total pasti melibatkan para calon intelektual ini. Kita dapat melihat, bagaimana perjalanan sejarah bangsa ini. Mulai dari deklarasi sumpah pemuda, kasus rengas dengklok, kasus pergantian rezim orde lama ke orde baru, kasus penghapusan larangan jilbab, dipastikan mahasiswa adalah sebagai penggeraknya. Demikian juga jatuhnya rezim orde baru, yang diawali oleh serentetan aksi massa sejumlah elemen gerakan mahasiswa yang ada di Jakarta dan daerah-daerah lainnya. Menjadi agent of change bagi sosok para intelektual ini memang sebuah keniscayaan.

Potensi Kampus Terhadap Perubahan.

Masyarakat kampus, yang sering dianggap sebagai agent of change atau agen perubahan dengan keintelektualan dan idealismenya memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Idealisme yang tertanam pada kebanyakkan mahasiswa dan juga suatu bangsa. Idelisme yang tertanam pada kebanyakkan mahasiswa dan juga civitas akademika yang lainnya, membuat mereka senantiasa berupaya untuk mencapai apa yang telah dicita-citakan selama ini. Mereka para mahasiswanya dianggap punya sense of crisis sekaligus kemampuan mengidentifikasikan berbagai masalah yang sedang dihadapi masyarakat dan juga bagaimana untuk memberikan solusinya. Sehingga wajar kalau kaum intelektual ini menjadi pioneer dalam setiap perubahan dimsyarakat tersebut.

Kampus dikalangan masyarakat juga masih dianggap sebagai penopang kebijakan. Pendapat masyarakat kampus merupakan penentu berhasil tidaknya suatu kebijakan yang dikeluarkan diterima oleh masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari potensi kampus sebagai badan riset, apa yang mereka hasilkan dipastikan akan lebih mudah untuk diterima oleh masyarakat. Apalagi mereka yang peduli terhadap kondisi masyarakat, yang cuek dengan keadaan yang ada. Mereka peduli terhadap kedzoliman yang terjadi dimasyarakat, mereka menginginkan perubahan dimasyarakat, dari masyarakat yang tidak beradab menjadi masyarakat yang beradab. Tentu dengan penuh kesadaran bahwa perubahan yang akan dilakukan tidak akan terjadi begitu saja, tanpa ada yang menggerakan.

Namun pada faktanya yang terjadi, potensi kampus untuk menuju perubahan seringkali tidak jelas. Dalam artian perubahan yang dilakukan terkadang justru jauh dari apa yang diharapkan. Karena perubahan yang terjadi terkadang bukanlah perubahan ke arah yang lebih baik, tetapi justru sebaliknya menjadi lebih buruk. Dengan potensi kampus sebagai agent of change, ini juga yang menjadi modal bagi asing untuk menguasai kampus dengan berbagai potensi yang dimilikinya. Asing sangat menyadari bahwa kampus adalah lahan strategis untuk memuluskan cita-cita mereka. Kita bisa melihat bagaimana upaya yang mereka lakukan untuk dapat menguasai kampus, terutama kaum intelektualnya dengan jalan menguasai kebijakan-kebijakan yang ada. Jiwa muda, idealisme yang dimiliki, rasa ingin tahu yang luar biasa ini yang dimanfaatkan oleh asing. Kampus menjadi sasaran utama memuluskan semua agenda-agenda mereka untuk semakin mengokohkan penjajahan mereka. Berbagai kebijakan yang ada sangat sarat sekali dengan kepentingan-kepentingan mereka.

Berdasarkan hal ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa sebenarnya posisi kampus sangat strategis dimasyarakat, antara lain:

1. Tempat berkumpulnya orang-orang intelektual

2. Merupakan pusat ilmu

3. Menjadi referensi bagi pemerintah untuk mengeluarkan berbagai kebijakan yang ada.

4. Usia SDM yang ada relative muda.

5. Potensi untuk berfikir lebih daripada masyarakat secara umum

6. Sarat idealisme

7. Dipastikan berupaya untuk menggapai apa yang telah dicita-citakan.

Dengan melihat berbagai potensi yang ada, hal ini dapat dijadikan menjadi suatu kekuatan politik yang dapat dimanfaatkan oleh siapa saja. Mereka yang biasanya hanya sebatas mengandalkan idealisme dan semangat tanpa memperdulikan ideologi dan akidah yang menjadi azas pendorong perubahan itu, sering kali terjebak dan tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan akidah yang mereka anut. Walaupun, kampus dengan berbagai macam potensi yang dimiliki tadi, tetapi jika tidak boleh dengan baik maka yang terjadi justru kerusakan. Dengan keragaman SDM yang dimiliki, kampus sering dijadikan seperti lahan pertanian terbuka yang siap ditanami dengan benih apapun yang terkadang benih apapun yang terkadang benih tersebut bertentangan dengan fitrahnya.

Kampus, dengan berbagai macam potensi yang dimilikinya saat ini menjadi alat bagi penjajahan yang terjadi, semua diarahkan sesuai dengan kepentingan kafir penjajah. Idealisme yang mereka miliki, yang tidak memiliki landasan idealisme yang jelas dan shahih menjadikan para mahasiswa dan juga para aktivis kampus yang lain sangat dengan mudah diarahkan oleh kaum kafir penjajah. Standard mereka adalah asing, segala kebijakan yang dihasilkan sarat dengan kepentingan asing, hingga akhirnya secara sempurna kampus dalam genggaman mereka. Jika hal ini dibiarkan, maka yang akan terjadi adalah kerusakan masyarakat yang lebih besar. Kalaupun kampus dengan berbagai macam potensinya tadi, tidak akan mewujudkan perubahan yang sesungguhnya. Yang ada justru keberadaan masyarakat kampus justru membuat masyarakat semakin terpuruk.

Saat ini, ketika dunia dipimpin oleh sistem kapitalis, fakta menunjukkan bahwa kehancuranlah yang dihasilkan. Masyarakat juga secara keseluruhan telah melihat bahwa sistem kapitalis yang diterapkan saat ini telah gagal untuk memberikan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Dan merupakan peluang yang sangat besar sekali dalam upaya untuk menunjukkan bahwa hanya sistem Kekhilafahan Islam yang akan mampu menyelesaikan permasalahan umat manusia. Untuk itu, dengan adanya peluang ini sejatinya para pengemban dakwah yang menjadikan aktivitas dakwah sebagai nafas di dalam kehidupan untuk serius dalam memahamkan Islam secara sempurna kepada masyarakat. Sejatinya para pengemban dakwah tidak lengah sedikitpun dengan kesempatan dan peluang yang masih begitu besar diberikan.

Apalagi dengan memahami secara sempurna berbagai macam potensi yang dimiliki oleh kampus sebagai basic untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, menjadikan kampus sebagai mitra untuk menuju kemenangan dalam perjuangannya. Dengan melihat SDMnya yang sangat berkualitas, maka kampus sangat tepat dijadikan sebagai basic rekrutmen dan pembawa opini ketengah-tengah masyarakat. Ini yang harus segera dilakukan oleh para pengemban dakwah yang ada.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan, dalam pengoptimalan potensi politik kampus, sehingga kampus benar-benar menjadi penopang awal bagi penegakan Daulah Khilafah Islamiyah, diantaranya:

a. Pemahaman kampus sebagai aset besar penopang penegakkan Khilafah.

b. Pembongkaran fakta kampus saat ini yang secara sepenuhnya berada dalam genggaman asing

c. Mewujudkan kesadaran sebagai seorang muslim, memiliki tanggungjawab terhadap perkembangan agamanya.

d. Mewujudkan kesadaran politik berbasis ideologi Islam

e. Menggambarkan peran kaum intelektual muslim pada masa penegakkan Khilafah sebagai rujukan ilmu pengetahuan baik masalah Saintek, umum, agama diseluruh penjuru dunia.

f. SDM yang ada adalah aset Khilafah yang terbesar.

Peningkatan jumlah SDM yang akan dengan siap dan ikhlas berjuang menegakkan KHILAFAH sebagai Qadhiyah Masyiriyah (persoalan utama), dengan peningkatan kualitas dan kuantitas dalam rekrutmen, antara lain:

a. Dari sisi individu, serius dalam mengontak (iittishal hayyi) sebagaimana dalam metode dakwah yang telah dicontohkan oleh suri tauladan kita Rasulullah Saw.

b. Secara berjama’ah, dengan berbagai aktivitas yang dapat dilakukan seperti training, seminar, diskusi public, majelis ta’lim dan sebagainya.

Perkembangan opini yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, yang berkaitan dengan opini Syari’ah dan Khilafah akan dapat memberikan kesadaran secara umumkepada masyarakat. Oleh karena itu harus ada pengopinian yang kuat dikalangan kampus akan pentingnya penegakan Khilafah yang akan mampu menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang terjadi dan saat ini sedang menimpa masyarakat secara keseluruhan dipenjuru dunia. Bisa dilakukan dengan cara:

a. Melakukan kontak terhadap para tokoh yang ada, para tokoh didudukkan sesuai dengan bidang yang mereka kuasai. Dengan dibentuk sebuah tim yang akan mengatasi dan menyelesaikan permasalahan umat, sehingga benar-benar dirasakan oleh mereka, bahwa ilmu yang selama ini mereka miliki memiliki peran yang sangat besar untuk menyelesaikan masalah yang terjadi ditengah-tengah masyarakat. Bukan hanya untuk mereka sendiri, tetapi juga Negara dan agama.

b. Melakukan kontak terhadap para pemegang kebijakan, mulai dari level mahasiswa (BEM, PEMA, dll), birokrat, rektorat dsb.

c. Melalui lembaga penelitian yang ada, yang hasilnya diberikan bagi kepentingan kaum muslim.

d. Kontak media kampus, untuk mewujudkan suasana jawil iman

e. Pembuatan opini dengan tema-tema yang memang sedang hangat untuk dibahas dan diselesaikan

Inilah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkan kekuatan, sehungga memberikan kontribusi besar, mewujudkan kekuatan politik yang mengikat para penguasa dalam upaya mempersiapkan penegakkan Khilafah. Langkah ini dapat dilakukan untuk penyatuan opini Syari’ah dan Khilafah di kampus, sehingga kampus sebagai aset Khilafah benar-benar dapat diwujudkan. Pergerakan opini kampus secara serentak ketengah-tengah masyarakat Insya Allah akan memberikan hasil yang terbaik. Semoga langkah-langkah ini dapat memperkuat dan mempercepat penegakkan Khilafah. Dengan keyakinan kita akan datangnya janji Allah membuat kita tetap istiqomah untuk berjuang dijalanNya.Amin..

Wallahu’alam bishawab.

*Rindy





Merayakan Harkitnas 20 Mei, Mewarisi Kebodohan Sejarah

23 05 2011

Rasulullah Saw sebagai tauladan terbaik umat manusia sepanjang zaman mengatakan jika dalam melakukan sesuatu itu, manusia harus memahami terlebih dahulu apa yang akan dilakukan atau diperbuatnya. Istlahnya: “Fahmu qabla ‘amal” atau “Paham terlebih dahulu baru melakukan”. Ini merupakan prinsip yang harus diikuti oleh manusia yang oleh Allah Swt diberi akal, sehingga manusia bisa bepikir, memilah yang baik atau buruk, dan tidak melakukan sesuatu hanya karena latah atau berdalih “sudah tradisi”. Baca entri selengkapnya »





Perlawanan Tak Kenal Padam

21 05 2011

Oleh : Mujiyanto

Presiden Obama mengklaim berhasil membunuh Osama bin Laden tapi tak menunjukkan bukti apapun soal itu.

Popularitas Presiden Barack Obama langsung melejit begitu ia mengumumkan pasukan Navy Seal AS berhasil menembak mati pim pinan Alqaida. Osama bin Laden di Abbotabbad. Pakistan, 1 Mei lalu. Popularitasnya mencapai 60 persen, angka tertinggi dalam dua tahun terakhir.

Warga Amerika yang awalnya tak suka dengan kepimimpinan Obama karena dianggap gagap memiperbaiki ekonomi, kini berbalik berbalik. Menyatakan Obama layak untuk dipilih kan kembali dalam pemilu tahun 2012.

Tak mengherankan banyak pihak meragukan sukses pasukan elite Amerska Serikat tersebut. Jangan jangan terbunuhnya Osa ma merupakan konspirasi tingkat tinggi untuk meningkatkan popularitas Obama menjelang pemilu mendatang. Soalnya, tak ada pihak lain—selain pemerintah Amerika Serikat yang bisa mengonfirmasi kebenaran tertembaknya Osama.

Sejauh ini dunia internasi onal hanya disuguhi pernyataan demi pernyataan dari pemerintah Amerika. Bahkan foto kondisi ter akhir Osama pun tak diperlihat kan. Yang ditunjukkan adalah foto kamar berantakan. Memang sempat muncul foto Osama yang ber lumuran darah di bagian kepala nya, namun ternyata itu hanyalah foto rekayasa.

Menurut pihak AS, sebuah tes DNA telah membuktikan bah wa mayat orang yang tewas ditembak itu adalah Osama bin Laden, orang nomor satu yang paling dicari FBI dalam dekade terakhir. Juru Ricara Gedung Putih Jay Carney berdalih, Washington tidak akan mengeluarkan foto jasad Osama bin Laden demi menghindari propaganda yang menghasut dan kemungkinan kekerasan.

Namun versi lain terkait meninggalnya Osama muncul, Menteri Intelijen Iran Heidar Moslehi mengatakan, Teheran punya bukti bahwa Osama bin Laden telah meninggal akibat penyakit, lama sebelum AS melakukan serangan ke kompleks tempat tinggalnya di Pakistan, Ahad (1/5) seperti dilaporkan kantor berita resmi Iran, FARS, Selasa (10/5). “Kami punya informasi akurat bahwa Osama bin Laden mening gal dunia karena sakit beberapa waktu lalu” kata Moslehi.

“Jika militer AS dan aparat untelijen telah benar-benar me nangkap atau membunuh Osama bin laden, mengapa mereka tidak menunjukkan mayatnya, me ngapa mereka melomparkan mayatnya ke laut?” kata Moslehi lagi.

Media Iran yang lain, Press TV, merilis spekulasi soal kem atian Osama. Mengutip keterangan mantan pejabat departemen Keuangan AS, Paul Craig Roberts, Osama dikabarkan tewas hampir satu dekade lalu, setelah sempat dirawat di sebuah rumah sakit di Dubai, Uni Emirat Arab.

“Sebuah media patriotik AS pernah melaporkan pada Desem ber 2001, Taliban telah mengumumkan Bin Laden telah me ninggal duria” kata Roberts seperti dimuat Press TV. Presiders Pakistan Pervez Musharaf pun pernah menegaskan hal serupa.

Aktivis anti perang Amerika, Cindy Sheehan pun meragukan klaim pemerintahnya. “Jika kamu percaya kematian terkini OBL (Osama bin Laden), kamu bodoh,” tulis Sheehan dalam halaman Facebook.

Sheehan, mempersoalkan bagaimana Amerika dapat kepu tusan DNA Osama begitu cepat, mengapa pengebumian dilakukan dengan tergesa-gesa dan mengapa video mayat tidak disiarkan. Ia juga merujuk pernyataan bekas Presiden Pakistan, Benazir Bhutto yang mendakwa pada 2007 bahwa Osama sudah me ninggal.

Kepercayaan terhadap per nyataan pemerintah AS kian luntur ketika para pejabatnya satu dan yang lain mencla-mencle terhadap aksi di Abbottabad itu. Awalnya, Gedung Putih mengatakan, Osama bersenjata ketika ditembak mati di kediamannya di kota tersebut. Namun, sehari kemudian juru bicara Gedung Putih Jay Carney memperbaiki kisah itu, dengan mengatakan kepala te roris itu tidak bersenjata ketika ditembak mati oleh Navy Seal. Bila tak bersenjata, bagaimana Osama melawan seperti yang digambar kan pejabat Amerika Serikat.

John Brennan, kepala kon tra-teror Presiden Barack Obama, mengatakan istri Osama tewas setelah digunakan sebagai perisai manusia dalam serangan itu, sehingga menyiratkan tindakan pengecut bela diri pemimpin Al qaida tersebut. Namun Carney memberikan urutan baru kejadian pada hari berikutnya, dengan mengatakan bahwa istri Osama bergegas menghadang seorang anggota Navy Seal dan ditembak kakinya tetapi tidak tewas. “Di ruang itu bersama dengan Osa ma, seorang perempuan -istri Osama- bergegas menghadang
penyerang dari Amerika Serikat tersebut dan ditembak kakinya, tapi tidak tewas, Osama kemudian ditembak dan tewas. Ia tak bersenjata” katanya.

Ada pula perbedaan cerita tentang anak dewasa Osama yang tewas dalam serangan. Hamza atau Khalid. Tapi banyak dugaan tak terjawab mengenai apa yang dilakukan dengan mayatnya. Cerita Carney, tidak menyebutkan kematian anak Osama. Juru bicara Gedung Putih itu, yang mengaku pada satu titik bahwa ia pun “bingung”.

Dalam pernyataan yang diberikan kepada surat kabar The New York Times, putra-putra Osama mempertanyakan mengapa ayahnya tidak dibawa ke peng adilan sehingga kebenaran akan terungkap.

Selain itu, pembuangan jenazah Osama ke laut—kalau toh itu benar—menunjukkan ke kejian AS terhadap Muslim. Pemimpin pusat pengajaran Al Azhar Imam Besar Dr Ahmaed El Tayeb mengecam tindakan tersebut. Menurut El Tayeb, ini meru pakan penghinaan terhadap ni lai-nilai agama dan kemanusiaan.

Lepas dari itu, aksi pasukan elite AS ini jelas.jelas melanggar kedaulatan Pakistan. Para pejabat militer AS menyebutkan, aksi mereka tanpa sepengetahuan mi liter Pakistan. Anehnya Pakistan tak protes.

Secara hukum internasional. Amerika telah melanggar hukum. “Pembunuhan Osama bin Laden jelas melanggar hukum internasi onal yang ada” kata bekas Kan selir Jerman Helmut Schmidt di Berlin, Jerman, Senin (2/5). Tapi, itulah Amerika dengan kepo ngahannya.

Osama bin Laden boleh meninggal tapi perjuangan melawan Amerika tidak berhenti terutama di wilayah yang kini diduduki oleh negara adidaya ter sebut. Perlawanan pejuang Irak dan Afganistan terus berkobar dan tak terpengaruh oleh kemati an Osama.

Serangan pejuang Taliban di Kandahar, Afghanistan muncul besar-besaran pada Sabtu (7/5) lalu. Mereka menyerang pusat militer pemerintahan Hamid Karzai yang pro terhadap Barat. Kandahar merupakan kota, utama di Provinsi Kandahar tempat pasukan multinasional pimpinan AS bermarkas. Kota tempat kelahiran Taliban ini telah menjadi fokus operasi militer gabungan mela wan pemberontak selama bebe rapa tahun terakhir.

Memang bagi daerah pe rang, tidak ada lain bagi penduduknya kecuali jihad fi sabilillah. Islam memerintahkan kaum Mus limin untuk mempertahankan diri, mempertahankan keluarga, mempertahankan kehormatan, bahkan juga harta, lebih-lebih agama. Orang yang meninggal dalam peperangan tersebut di anggap sebagai mati syahid. Nabi bersabda: “Barang siapa yang terbunuh karena membela ke luarganya dia syahid, barang siapa yang terbunuh karena mem bela hartanya dia mati syahid, barang siapa yang terbunuh kare na membela agamanya dia mati syahid”.

Alquran sendiri dengan jelas memerintahkan kaum Muslimin memerangi orang yang menyerang wilayah kaum Muslim. “Qatilu fisabilillah al-ladzina yuqatilu nakum wa la ta’tadu” (perangilah oleh kamu orang-orang yang me merangi kamu), atau “faqtuluhum haistu tsaqiftumuhum wa akhriju hum min haistu akhrajukum” (Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu).

Menurut juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) M Ismail Yusanto, perintah itu sangat jelas. Dengan semangat itulah Kyai Hasyim Asy’ari, pendiri Nandhatul Ulama (NU), dulu menguman dangkan revolusi jihad terhadap Belanda karena bagi para ulama mempertahankan negeri ini merupakan sebagian dari jihad, mengusir penjajah itu juga bagian dari jihad.

Wajar pula jika kaum Muslim di Gaza, di Tepi Barat, di Palestina pada umumnya, kemudian di Afghanistan dan di Irak berperang melawan para penjajah. “Ketika dalam keadaan perang, melawan itu merupakan kewajiban dari agama. Jadi tidak ada yang salah dari apa yang disebut jihad, khu­susnya jihad yang dimaknai seperti perang fi sabilillah, perang di jalan Allah, dan ganjarannya memang luar biasa. Nabi menya takan, ‘Setinggi-tingginya kematian itu adalah kematian seorang syuhada” kata Ismail.

Situasi Damai

Sementara itu wujud perjuangan kaum Muslim di negeri- negeri Islam yang tidak terjadi perang, menurut Ismail, adalah berusaha keras menegakkan kembali institusi pelaksana syariah Islam yakni Khilafah Islamiyah. Hanya dengan tegaknya kembali khila fah inilah kaum Muslimin bisa menjalankan seluruh syariah Is lam dan memperoleh kemuliannya kembali sebagai umat terbaik. Nilai perjuangan dakwah untuk mengembalikan kehidupan Islam ini tak kalah dengan jihad di medan perang.

Perjuangan menegakkan syariah dan khilafah ini berlang sung melalui perang pemikiran, tanpa menggunakan fisik. Ini sesuai dengan tujuan perjuangan itu sendiri yakni mengubah pe mahaman dan pemikiran umat Islam agar mau kembali kepada Islam. Pemahaman tak bisa ber ubah dengan pemaksaan.

Selain itu, lanjutnya perjuangan tersebut harus tetap berpijak kepada prinsip Islam dan metode yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Perjuangan ini membutuhkan keteguhan prin sip dan tak kenal kompromi de ngan sistem rusak yang akan di ubah.

Dakwah untuk penerapan syariah dan penegakan khilafah tersebut harus bisa menggambarkan dengan gamblang sistem Islam secara utuh. Apakah itu menyangkut urusan pribadi, masyarakat, dan negara dalam selu ruh aspek kehidupan. Di samping itu dakwah itu pun harus bisa membuktikan bahwa sistem yang berlaku sekarang —kapitalisme, sekulerisme, pluralisme, demo krasi, HAM, dsb— adalah rusak sehingga harus diganti secara total.

Dalam kaitan itu, seluruh kaum Muslimin menjadi obyek dakwah, baik rakyat maupun pejabat; sipil maupun militer; dhuafa maupun aghniya; dan sebagainya. Mereka bukanlah musuh tapi potensi umat yang harus disadarkan.

Langkah dakwah ini bersifat terbuka dalam penyampaian ide -idenya sebagaimana Rasulullah SAW menyampaikan ayat ayat Allah di hadapan orang-orang Mekkah. Beliau menjelaskan Islam secara terang terangan sekaligus menentang pemikiran- pemikiran orang-orang Mekkah serta para elite politiknya yang memberlakukan aturan kufur kepada masyarakat. lihat: QS al Hijr [15]:94).

Terbentuknya Khilafah Is lamiyah selain butuh dukungan umat juga butuh dukungan para ahlu nushrah (pemilik kekuatan) seperti militer, polisi, dan elite politik. Sinergi antara kekuatan umat dan dukungan dari para ahli nushrah akan melahirkan sebuah kekuasaan baru. Negara yang de mikian akan kuat dan mampu menghadapi negara adidaya yang ada.

Khilafah Islamiyah itu kemu dian akan menyatukan negeri- negeri Islam dalam satu payung. Jadilah khilafah sebuah super state yang akan bisa mengusir penjajah dari negeri-negeri Islam, menghentikan hegemoni Ameri ka, dan mengembalikan kejayaan Islam dan kaum Muslimin.





Menanti ‘Hari KEBANGKITAN ISLAM’

21 05 2011

Menurut saya, saat ini sudah sangat tidak relevan untuk kita membahas apalagi ‘merayakan’ kebangkitan semu yang ditapaki oleh peradaban sampah yang sedang diimpikan oleh negeri ini hampir 103 tahun lamanya. Yang lebih elit adalah kita membahas dan menapaki kebangkitan hakiki, kebangkitan yang diawali dengan peningkatan tarap pemikiran yang ditandai dengan munculnya peradaban hebat nan mulia.

Dulu ada saatnya manakala peradaban islam berada pada titik puncak keemasan. Kemajuan dan kemakmuran dimana-mana; dibidang politik, sosial, sains-teknologi, dan ekonomi. Tidak ada yang memungkiri bahwa kemajuan sains-teknologi saat ini asas dan pondasinya diletakkan oleh peradaban islam. Hal ini terwujud karena adanya sinergisitas yang luar biasa antara para individu yang hidup dengan motivasi spritual, masyarakat yang maju dengan budaya rasional, serta negara dan pemerintahan yang dijalankan secara ideal dengan menggunakan akidah islam sebagai asas dan patokan utama dalam merancang kebijakan dan peraturan.

Mengenang masa keemasan peradaban islam bukanlah romantisme sejarah. Melainkan sebuah upaya untuk menyadarkan kita bahwa kakek-nenek moyang kita adalah orang-orang hebat nan mulia. Di dalam tubuh kita mengalir darah mereka. Satu hal yang perlu diingat; Kita masih memiliki apa yang pernah membuat mereka hebat dan mulia yakni Islam.

Kemudian Muncul pertanyaan dibenak kita, mengapa peradaban tinggi yang pernah melahirkan generasi hebat nan mulia itu bisa tenggelam?, lalu apa yang dapat kita perbuat untuk mengangkat peradaban mulia tersebut dari dasar samudra agar dapat tegak kembali untuk belayar menuju tanah impian?. Pertanyaan-pertanyaan ini sudah ada jawabannya, mari kira cari.

Kemajuan peradaban islam tidak lain dan tidak bukan disebabkan karena islam dipraktikkan secara sinergis baik di level individu, level sosio-kultural, maupun level sistemik-struktural. Ummat ini jika ingin menapaki kebangkitan dan ingin mengawali reinkarnasi peradaban islam yang hebat nana mulia, maka mau tidak mau mereka harus menjadikan aqidah islam sebagai asas yang menjadi arahan kehidupan mereka. Di atasnya dibangun negara dan pemerintahan. Dan dengannya diselesaikan seluruh problem kehidupan. Jika ini dijalankan, maka kebangkitan pasti muncul. Ummat islam pun akan mampu menggapai puncak kegemilanganya lagi, dan mampu meraih kembali kepemimpinan dunia menggantikan hegemoni amerika.

Demikianlah tata cara menapaki kebangkitan, tata cara Mengangkat Peradaban Mulia dari Dasar Samudra. So, mari kita perjuangan, setelahnya baru kita duduk manis menanti…
Allahu a’lam []

[ Fahrur Rozy ]





Bukan Kebangkitan Nasional, Tapi Kebangkrutan Nasional

21 05 2011

Jakarta – Untuk menyegarkan ingatan kembali, tanggal 20 Mei 2011, menandai 103 tahun peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Namun dalam perjalanannya, bangsa ini bukannya semakin maju, melainkan kian terpuruk saja. Maka pantas, jika bangsa Indonesia, saat ini menyebutnya sebagai Hari Kebangkrutan Nasional.
Hal itu diungkapkan sejumlah tokoh lintas agama Graha Cipta II Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Kamis (19/5) pagi dalam Refleksi Hari Kebangkitan Nasional. Tokoh lintas agama yang hadir antara lain: Ahmad Syafii Maarif (Muhammadiyah), KH. Salahudin Wahid (NU), Pdt. Andreas A. Yewangoe, Mgr. D. Martinus Situmorang, Bikkhu Sri Pannyavaro Mahathera, Xs. Tjhie Tjay Ing, M. Imdadun Rahmat dan sebagainya.
Para tokoh lintas agama menilai, pertumbuhan ekonomi nasional secara kuantitatif belum terbilang berhasil. Sekitar 50% rakyat Indonesia masih hidup di bawah atau serata dengan 2 dollar per orang per hari. Yang paling serius, budaya korup telah merasuk ke dalam sendi kehidupan masyarakat. Integritas moral serta komitmen politik kerakyatan pun terancam oleh money politik. Setiap kali muncul skandal korupsi, mengakibatkan rakyat semakin kehilangan kepercayaan kepada para wakilnya.
Tokoh lintas agama juga menilai, Sejak Orde Baru hingga kini, pelanggaran HAM serius terus menerus terjadi. Sejumah kasus seperti, kasus Trisakti, Semanggi I & II, Munir, para Tenaga Kerja Indonesia belum terselesaikan. Begitu juga dengan Lapindo, Freeport, Newmont dan sebagainya. Ironisnya, tidak ada tindakan hukum apapun terhadap mereka yang diduga sebagai pelaku.
“Kami berpendapat, situasi ini tidak boleh dibiarkan. Kalau kita tidak bangkit dari keterpurukan itu, bukannya kebangkitan, melainkan kebangkrutan nasional akan mengancam kehidupan bangsa Indonesia,” kata Ahmad Syafii Maarif.
Dikatakan Maarif, kalau kami membuka mulut, bukanlah untuk menghantam siapa-siapa, melainkan karena kami berpendapat, bahwa situasi negara kita sudah serius. Hanya pemimpin yang berani lah yang bisa menyelamatkan negara Pancasila dan bisa membawa bangsa ini keluar dari ancaman kebangkrutan nasional. “Kita butuh pemimpin yang sungguh-sungguh ingin bangkit dari kelumpuhan kepekaan moral,” jelas Maarif.
Dalam pernyataan sikapnya, Tokoh Lintas Agama menuntut pejabat public, agar tidak ragu-ragu menjalankan empat pilar kebangsaan (UUD 45, Pancasila, Bhineka Tunggal Ikan dan NKRI).Selanjutnya, mengubah arah perekonomian Indonesia, agar rakyat kecil dapat merasakan, bahwa mereka bisa maju dan hidup layak. Perubahan itu harus dikomunikasikan dengan jujur, agar tidak mengingkari ekonomi yang diamanatkan oleh konstitusi.
“Yang mendesak untuk diperbaiki adalah sektor pertanian yang menjadi lapangan kerja sebagian besar rakyat Indonesia, yang tingkat pertumbuhannya jauh di bawah rata-rata. Begitu pula sektor perindustrian, sudah menunjukkan gejala de-industrialisasi,” tegasnya. Desastian/VOAISLAM





Harkitnas dan Boedi Oetomo dalam Bayang-bayang Freemason & Theosifi

20 05 2011

Oleh: Artawijaya*
Setiap tanggal 20 Mei pemerintah memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), mengacu pada organisasi Boedi Oetomo (BO) yang didirikan pada 20 Mei 1908. Anehnya, kedekatan BO dengan organisasi Freemason tak pernah diungkap sejarah. Ada apa?
Het Jong Javaasche Verbond Boedi Oetomo atau Ikatan Pemuda Jawa Boedi Oetomo didirikan di Gedung STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen), Batavia, pada 20 Mei 1908. Tahun berdirinya BO sama dengan tahun munculnya Gerakan Turki Muda (Young Turk Moment). Gerakan Turki Muda (Young Turk Movement) yang dipimpin oleh Mustafa Kemal At-Taturk juga mengadakan revolusi kebangkitan nasional. Gerakan ini berhasil menumbangkan kekhilafahan Islam, dan mengganti hukum Islam menjadi hukum sekular. Aktivis Turki Muda banyak didominasi oleh para sekularis. Bahkan, At-Taturk sendiri adalah anggota jaringan Freemason yang sangat anti dengan syariat Islam.
Mengenai Gerakan Revolusi Turki Muda, pendiri Boedi Oetomo yang juga anggota Theosofi, dr Soetomo mengatakan, “Perkembangan yang terjadi di Turki adalah petunjuk jelas bahwa “cita-cita Pan-Islamisme” telah digantikan oleh nasionalisme.” Soetomo adalah tokoh Boedi Oetomo yang banyak melontarkan pelecehan terhadap Islam dan mengagumi gerakan kebangsaan yang terjadi di Turki.
Nama Boedi Oetomo diambil dari bahasa Sanskerta, ”Bodhi” atau ”Buddhi” yang berarti keterbukaan jiwa, pikiran, kesadaran, akal, dan daya untuk membentuk dan menjunjung konsepsi ide-ide umum. Sedangkan Oetomo berasal dari kata ”Uttama” yang berarti tingkat kebajikan utama. Jadi, BO bisa disebut sebagai organisasi yang mengedepankan keterbukaan akal sebagai tingkat kebajikan utama. Mereka menyebut ”budi” sebagai puncak kegiatan moral manusia dan mengendalikan akal dan watak seseorang.
….Soetomo adalah tokoh Boedi Oetomo yang banyak melontarkan pelecehan terhadap Islam….
Boedi Oetomo adalah organisasi yang kental dengan nilai-nilai kebatinan. Para aktivisnya mengaku ingin menyatukan antara kultur dan tradisi Jawa dengan pendidikan Barat. BO ingin memadukan antara modernisasi Barat dan mistis Timur. Ki Wiropoestoko, anggota BO Surakarta mengatakan, “Berdirinya Boedi Oetomo semata-mata merupakan hasil elit Jawa yang telah memperoleh pendidikan barat. ”Sementara sejarawan Robert van Niels, penulis bukunya Munculnya Elit Modern Indonesia menyebut BO sebagai organisasi yang mengikuti garis-garis barat. Ia juga menyebut BO dan Jong Java sebagai organisasi yang bersifat Theosofis dan agnostik.
Penggagas organisasi BO, dr Wahidin Soediro Hoesodo adalah anggota Theosofi, sebuah perkumpulan kebatinan yang berlandaskan pada tradisi Kabbalah Yahudi yang didirikan oleh Helena Petrovna Blavatsky. Selain Theosofi, para ketua dan aktivis BO juga masuk sebagai anggota Freemason. Anehnya, tentang kedekatan organisasi ini dengan kelompok Theosofi dan Freemason tak pernah diungkap dalam buku-buku sejarah di sekolah.
Penulis buku Api Sejarah, sejarawan Ahmad Mansur Suryangera menyebut BO sebagai organisasi yang lebih mencerminkan gerakan kejawen yang anti Islam, ketimbang organisasi yang mengusung nasionalisme. Sejarawan yang banyak mengoreksi penyimpangan-penyimpangan sejarah di Indonesia ini juga menyebut BO sebagai organisasi yang bersifat kedaerahan. Tapi sayang, dalam Api Sejarah Mansur Suryanegara tak mengungkap hubungan antara BO dengan organisasi Freemason di Hindia Belanda. Padahal, dokumen-dokumen sejarah yang mengungkap soal ini begitu banyak.
Dr. Th Stevens penulis buku Vrijmetselarij en Samenlaving in Nederlands Indie en Indonesie 1764-1962 (Tarekat Mason Bebas dan Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962) menyebutkan bahwa Freemasonry memperoleh aktualitas yang besar dengan munculnya gerakan nasionalis modern di Jawa. Kata pengantar buku ini menyebutkan dengan jelas, bahwa Freemason menjalin hubungan dengan satu organisasi politik Indonesia pertama ”Budi Utomo” (Lihat, hal. XVIII dan hal. 331)
Raden Adipati Surjo sebagai anggota Freemason, berharap pemimpin muda dari gerakan nasional, seperti Boedi Oetomo dapat dicapai dengan asas-asas Masonik (doktrin-doktrin Freemason, pen). Tak heran, jika Freemason yang mempunyai hubungan erat dan BO, memiliki peran yang cukup signifikan dalam gerak nasionalisme di negeri ini. Mereka menginginkan nasionalisme yang muncul adalah nasionalisme yang berlandaskan humanisme, suatu paham yang menjadi doktrin tertinggi Freemason. Paham humanisme menempatkan manusia sebagai makhluk ”superior” yang berhak dan bebas menentukan kehendak, termasuk membuat aturan hukum sendiri.
….Mereka menginginkan nasionalisme yang berlandaskan humanisme, suatu paham yang menjadi doktrin tertinggi Freemason….
Freemason atau dalam bahasa Belanda disebut Vrijmetselarij, pada masa lalu dikenal oleh masyarakat Jawa dengan sebutan ”Golongan Kemasonan”. Para Yahudi Belanda yang aktif dalam organisasi ini begitu gencar mempropagandakan doktrin-doktrin Freemason terhadap elit-elit di Jawa, khususnya kalangan kraton. Buku Gedenkboek van de Vrijmetselaren in Nederlandsche Oost Indie 1767-1917 (Buku Kenang-Kenangan Freemasonry di Hindia Belanda 1767-1917) yang diterbitkan oleh tiga loge besar; Loge de Ster in het Oosten (Batavia), LogeLa Constante et Fidale (Semarang), dan Loge de Vriendschap(Surabaya) memuat tulisan yang mengajak masyarakat Jawa memahami hakekat organisasi Freemason atau Kemasonan. Bahkan, pemimpin tertinggi Freemason di Hindia Belanda pada 1914-1917, Andre de La Porte, membuat sebuah artikel berjudul ”De Javaasche Beweging in het Teeken van de Vrijmetselarij” (Kebangkitan Jawa dalam Gerak Freemason).
FAKTA-FAKTA KEDEKATAN BOEDI OETOMO DENGAN FREEMASON
Pertama, Kedekatan BO dengan Freemason terlihat pada masa-masa awal BO didirikan. Kongres pertama BO yang berlangsung pada 3-4 Oktober 1908 di Jogjakarta awalnya ingin dilaksanakan di Loge milik Freemason. Namun, karena loge tersebut telah lebih dulu dipakai untuk acara pameran lukisan, kongres BO yang rencananya diadakan di loge tersebut urung dilaksanakan. ”Adapoen roemah jang patut akan tempat kongres itu sebetoelnya logegebouw (bangunan loge Freemasonry, pen) orang Banjak di Djokja menamakan dia “roemah setan”, akan tetapi sajang pada waktu itoe roemah soedah diizinkan kepada seorang toean, akan diadakan tentoonstelling (pameran) gambar-gambar…” demikian seperti dikutip dari buku Pitut Soeharto dan Drs A Zainoel Ihsan, ”Cahaya Di Kegelapan: Capita Selecta Kedua Boedi Oetomo dan Sarekat Islam. ”
Kedua, Kedekatan BO dengan organisasi Freemason dan Theosofi juga bisa dilihat setahun setelah berdirinya organisasi tersebut. Buku Soembangsih Gedenkboek Boedi Oetomo 1908-1918 yang diterbitkan di Amsterdam, Belanda, untuk mengenang 10 tahun berdirinya BO, memuat laporan bahwa pada 16 Januari 1909, di Loge de Ster in het Oosten (Loji Bintang Timur), Batavia, ratusan anggota BO berkumpul untuk mendengarkan pidato umum dari Dirk van Hinloopen Labberton, orang Belanda yang disebut oleh aktivis BO sebagai ”Bapak Kebatinan” yang kemudian menjadi Ketua Nederlandsche Indische Theosofische Vereeniging (Theosofi Cabang Hindia Belanda).
….Pada 16 Januari 1909, ratusan anggota Boedi Oetomo berkumpul untuk mendengarkan pidato Dirk van Hinloopen Labberton, Ketua Theosofi Cabang Hindia Belanda..
Dalam pidato berjudul ”Theosofische in Verband met Boedi Oetomo” (Theosofi dalam Kaitannya dengan Boedi Oetomo), Labberton bicara tentang masalah agama, tujuan Theosofi, dan hubungannya dengan hari depan bangsa Jawa. Labberton mampu membuat para anggota BO untuk tertarik masuk sebagai anggota organisasi kebatinan Yahudi tersebut. Labberton pada waktu itu adalah anggota Komisi Bacaan Rakyat (Volks Bibliotheek) yang mempengaruhi berdirinya BO. Labberton menyebut berdirinya BO sebagai ”kesadaran moral”.
Mengapa acara ceramah umum (openbare) tersebut diadakan di loge Freemason? Karena antara Freemason dan Theosofi tak jauh beda. Pada masa lalu, anggota Freemason juga aktif di Theosofi, begitupun sebaliknya. Yang cukup mengejutkan, seolah sudah ada yang merencanakan, lokasi tempat diadakannya ceramah umum Labberton yang dulu bernamaVrijmetselarijweg (Jalan Freemasonry), saat ini berganti nama menjadi Jalan Budi Utomo.
Selain Labberton, tokoh lain yang dekat dengan Boedi Oetomo adalah Godard Arend Hazeau, Penasihat Urusan Pribumi Pemerintah Hindia Belanda. Hazeau datang ke Indonesia dengan bekerja sebagai guru Willem III Grammar School dan asisten Snouck Hurgronye. Hal yang menjadi perhatian Hazeau adalah pendidikan yang netral atau bahkan bercorak Kristen untuk para murid Islam. Selain itu, Hazeau juga banyak memberikan masukan terhadap pemerintah kolonial terkait bagaimana pemerintah bersikap terhadap organisasi pergerakan nasional yang bercorak Islam, seperti Sarekat Islam, dan organisasi Islam lainnya yang dipandang fanatik dan ekstrem. Sikap berbeda ditunjukkan Hazeau terhadap Boedi Oetomo, yang banyak mendapat perhatian lebih, karena kesamaannya dalam memandang pergerakan Islam.
Ketiga, Bukti lain mengenai kedekatan BO dengan Freemason bisa dilihat dari kiprah Paku Alam V, yang merupakan anggota Freemason, yang banyak membantu terselenggaranya kongres Boedi Oetomo di Surakarta. Kongres yang pernah diadakan di loge milik Freemason banyak dihadiri oleh para aktivis kebangsaan yang juga anggota Freemason. Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Abdurachman Surjomihadrjo, dalam Kata Pengantar buku ”Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908-1918”, karya peneliti Jepang, Akira Nagazumi, mengatakan, “Paku Alam memberikan pengaruh pada terselenggaranya kongres-kongres Boedi Oetomo, khususnya mereka yang ada hubungannya dengan gerakan Mason (Freemasonry). ” Penjelasan serupa juga ditulis Abdurrachman Surjomihardjo dalam buku ”Budi Utomo Cabang Betawi” yang menyebut Paku Alam VII mengizinkan Loge Mataram dijadikan tempat kongres BO kedua.
Keempat, Fakta sejarah lainnya mengenai kedekatan BO dengan Freemason dan Theosofi adalah pertemuan akbar yang dilakukan dalam rangka memperingati 10 tahun berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1918. Acara peringatan tersebut diadakan di Belanda, di sebuah loge milik Theosofi. Mereka yang berkumpul dalam perayaan tersebut selain para aktivis Freemason Belanda, juga dihadiri oleh tokoh-tokoh nasionalis-Jawa seperti Ki Hadjar Dewantara dan Goenawan Mangoenkoesoemo. Surat Kabar Oedaya pada 1923 memuat foto para aktifis BO dan Theosofi dengan tulisan ”Masyarakat Indonesia Memperingati 10 Tahun Boedi Oetomo di rumah (loge, red) Theosofi, Mei 1918 di Negeri Belanda. ”
Kelima, Kedekatan BO dengan Freemason juga bisa dilihat dalam paper berjudul The Freemason in Boedi Oetomo yang ditulis oleh C. G van Wering pada 1979. ven Wering menulis tentang elit power atau intelektual dari kalangan priayai Jawa, yang kebanyakan aktifis BO, sekaligus anggota Freemason. Tulisan van Wering ini dikutip dalam buku buku biografi Dr Radjiman Wediodiningrat berjudul ”DR. K. R. T Radjiman Wediodiningrat Perjalanan Seorang Putra Bangsa 1879-1952. ”
PARA KETUA BOEDI OETOMO ADALAH ANGGOTA FREEMASON
Ketua BO yang sangat kental dengan pemikiran Freemason dan Theosofi adalah Radjiman Wediodiningrat. Radjiman menjadi ketua BO pada periode 1914-1915. Ia masuk menjadi anggota Freemason pada 1913, selain juga aktif dalam perkumpulan Theosofi. Radjiman adalah orang pribumi yang mendapat kehormatan dari Freemason Hindia Belanda dengan dimuatnya artikel karyanya berjudul ”Een Broderketen Volks (Persaudaraan Rakyat)” dalam buku ”Kenang-Kenangan Freemason di Hindia Belanda 1767-1917”. Tentu, jika bukan bagian dari orang-orang penting dalam jaringan Freemasonry, tulisan Radjiman tak mungkin dimasukkan dalam buku yang menjadi bukti sejarah keberadaan para Mason di Hindia Belanda ini.
Radjiman adalah seorang Mason yang menjadi salah satu the founding fathers negeri ini, tokoh yang pernah memimpin jalannya sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam catatan sejarah, persidangan yang dipimpin Radjiman ini tercatat sebagai awal dari lahirnya dasar negara Indonesia, Pancasila, setelah sebelumnya masing-masing kelompok berdebat dan mengajukan usulan soal asas negara. Tokoh-tokoh Islam seperti M Natsir mengajukan Islam sebagai dasar negara, sedangkan tokoh-tokoh nasionalis-sekular mengajukan ideologi Pancasila.
Para ketua BO lainnya juga adalah anggota Freemasonry, seperti R. A Tirtokoesoemo, ketua BO pertama (1908-1911) yang juga pernah menjadi bupati Karang Anyar, Pangeran Ario Notodirodjo (Ketua BO kedua tahun 1911-1914), dan R. M. A Soerjosoeparto alias Mangkunegara VII (Ketua BO keempat tahun 1915-1916). RM Tirtokoesoemo dan Pengeran Ario Notodirodjo adalah anggota Freemasonry Loge Mataram Yogyakarta. Ketua BO selanjutnya, meski tak menjadi anggota Freemason, tetapi menjadi anggota Theosofi, seperti M Ng Dwijo Sewojo (1916), dan R. M. A Woerjaningrat (1916-1921).
….Boedi Oetomo makin tidak berpihak kepada umat Islam. Karena itu, masa-masa yang genting dari organisasi ini selalu meminggirkan aspirasi umat Islam….
Dalam perjalanan sejarahnya kemudian, BO makin terlihat tidak berpihak kepada umat Islam. Karena itu, masa-masa yang genting dari organisasi ini adalah ketika berhadapan dengan umat Islam yang merasa keberadaan dengan sikap BO yang selalu meminggirkan aspirasi umat Islam. Karena itu, di beberapa daerah yang menjadi basis umat Islam seperti Batavia, Boedi Oetomo sulit untuk mendapatkan pengaruh.
Upaya untuk mengajak BO agar berpihak pada umat Islam bukan tak pernah dilakukan. Mohammad Tohir, seorang anggota organisasi ini bahkan pernah mengusulkan kepada BO untuk membantu masjid-masjid agar bisa meraih simpati umat Islam. Namun, usulan ini ditolak dan organisasi ini tetap pada pendiriannya yang “netral agama”. Usaha untuk menarik simpati umat Islam ini ditentang oleh Radjiman Wediodiningrat.
Tokoh BO lainnya, Tjipto Mangoenkoesoemo, juga begitu sinis dalam memandang Pan-Islamisme. Pada tahun 1928, Tjipto berkirim surat kepada Soekarno yang isinya mengingatkan kaum muda untuk berhati-hati akan bahaya Pan-Islamisme yang menjadi agenda tersembunyi H. Agus Salim dan HOS Tjokroaminoto. Tjipto khawatir, para aktivis Islam yang disebut akan mengusung Pan-Islamisme itu bisa menguasai Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Jika mereka berhasil masuk ke dalam PPKI, Tjipto mengatakan, cita-cita gerakan kebangsaan akan hancur.
MELURUSKAN KEKELIRUAN HARKITNAS
Sejarah memang ditentukan oleh mereka yang berkuasa. Jika pada masa lalu, kelompok nasionalis-sekular yang berada dalam pengaruh Freemason dan Theosofi, didukung oleh elit-elit kolonial, berhasil menentukan siapa aktor dan tokoh dalam panggung sejarah di negeri ini, maka sudah saatnya ketika umat Islam memiliki akses ke jantung kekuasaan, mempunyai ikhtiar untuk meluruskan sejarah yang penuh selubung dan distorsi ini. Fakta sejarah harus diungkap dengan tinta emas berlapis kejujuran, bukan dengan tinta hitam yang sarat kepentingan.
Jika BO didirikan pada 1908, maka jauh sebelum itu, pada 1905 sudah berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) di Surakarta yang didirikan oleh Haji Samanhoedi. SDI jelas mempunyai arah perjuangan memajukan ekonomi pribumi dan melawan hegemoni asing. SDI bercorak Islam dan nasionalis, tidak tersekat-sekat dalam kedaerahan yang sempit. SDI yang kemudian pada 10 September 1912 menjadi Sarekat Islam (SI), meletakkan dasar perjuangannya atas tiga prinsip dasar, yaitu:Pertama, asas agama Islam sebagai dasar perjuangan. Kedua, asas kerakyatan sebagai dasar himpunan organisasi. Ketiga, asas sosial ekonomi sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang umumnya berada dalam taraf kemiskinan dan kemelaratan.
Mengenai alasan menjadikan Islam sebagai asas gerakan, baik H. Samanhoedi ataupun para tokoh Sarekat Islam lainnya, beralasan agar ruh Islam menyatu dalam setiap langkah pergerakan. Selain itu, hal ini juga untuk menunjukkan sikap kepada Belanda, yang berupaya menjauhkan Islam dari politik. (Lihat: M.A. Gani, Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam, hal. 15)
SDI yang kemudian menjadi SI lebih jelas mengedepankan kepentingan Islam-nasional-pribumi dan tidak dibentuk oleh kepentingan kolonial. Bahkan, SI jelas-jelas menolak segala pelecehan terhadap Islam yang ketika itu marak dilakukan oleh kelompok Boedi Oetomo. Karena itu, menjadikan BO sebagai organisasi yang melandasi kebangkitan nasional adalah sebuah distorsi sejarah, bahkan bisa disebut sebagai “de-islamisasi” fakta sejarah.
Usaha untuk menjadikan sejarah berdirinya SDI sebagai Harkitnas pernah diusulkan oleh umat Islam. Pada Kongres Mubaligh Islam Indonesia di Medan tahun 1956, umat Islam mengusulkan kepada pemerintah untuk menjadikan tanggal berdirinya SDI sebagai Harkitnas berdasarkan karakter dan arah perjuangan SDI. Sayang, usulan itu sampai saat ini belum jadi kenyataan.
….Tanggal berdirinya Budi Utomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional adalah keliru, karena Budi Utomo hanya memajukan satu kelompok saja….
Kritik terhadap dijadikannya BO sebagai landasan kebangkitan nasional tak hanya datang dari umat Islam. Peneliti Robert van Niels juga mengatakan, “Tanggal berdirinya Budi Utomo sering disebut sebagai Hari Pergerakan Nasional atau Kebangkitan Nasional. Keduanya keliru, karena Budi Utomo hanya memajukan satu kelompok saja. Sedangkan kebangkitan Indonesia sudah dari dulu terjadi…Orang-orang Budi Utomo sangat erat dengan cara berpikir barat. Bagi dunia luar, organisasi Budi Utomo menunjukan wajah barat. ” (Robert van Niels, Munculnya Elit Modern Indonesia, hal. 82-83).
Tulisan ini adalah ikhtiar untuk mengungkap sejarah dengan fakta-fakta yang terang dan apa adanya. Fakta-fakta sejarah ini, mungkin pada masa lalu tertutup selubung kekuasaan yang mempunyai kepentingan untuk memutus mata rantai peran umat Islam dalam pentas nasional di negeri ini. Upaya memarginalkan peran umat Islam dalam kiprah pergerakan nasional berujung pada “de-islamisasi fakta sejarah”. Ironisnya, sampai hari ini umat Islam masih memahami sejarah dalam kaca mata buram penguasa! [voa-islam.com]
*Penulis buku “Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara” dan “Gerakan Theosofi di Indonesia”, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta.





Meluruskan Boedi Oetomo dan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei

20 05 2011

“Tanggal berdirinya Budi Utomo sering disebut sebagai Hari Pergerakan Nasional atau Kebangkitan Nasional. Keduanya keliru, karena Budi Utomo hanya memajukan satu kelompok saja. Sedangkan kebangkitan Indonesia sudah dari dulu terjadi… Orang-orang Budi Utomo sangat erat dengan cara berpikir barat. Bagi dunia luar, organisasi Budi Utomo menunjukkan wajah barat” (Robert van Niels).
SEJARAH memang ditentukan oleh mereka yang berkuasa. Dengan kekuasaan itu pula, tiap tanggal 20 Mei pemerintah memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), mengacu pada organisasi Boedi Oetomo yang didirikan pada 20 Mei 1908.
Sebuah kekeliruan yang nyata bila Boedi Oetomo yang didirikan pada 1908 diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Harkitnas). Karena tiga tahun Boedi Oetomo lahir, pada tahun 1905 sudah berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) di Surakarta yang didirikan oleh Haji Samanhoedi.
SDI jelas mempunyai arah perjuangan memajukan ekonomi pribumi dan melawan hegemoni asing. SDI yang bercorak Islam dan nasionalis, tidak tersekat-sekat dalam kedaerahan yang sempit.
….Sarekat Islam (SI) bercorak Islam dan nasionalis, tidak tersekat-sekat dalam kedaerahan yang sempit….
SDI yang kemudian pada 10 September 1912 menjadi Sarekat Islam (SI), meletakkan dasar perjuangannya atas tiga prinsip dasar, yaitu: Pertama, asas agama Islam sebagai dasar perjuangan. Kedua, asas kerakyatan sebagai dasar himpunan organisasi. Ketiga, asas sosial ekonomi sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang umumnya berada dalam taraf kemiskinan dan kemelaratan.
Mengenai alasan menjadikan Islam sebagai asas gerakan, baik H. Samanhoedi ataupun para tokoh Sarekat Islam lainnya, beralasan agar ruh Islam menyatu dalam setiap langkah pergerakan. Selain itu, hal ini juga untuk menunjukkan sikap kepada Belanda, yang berupaya menjauhkan Islam dari politik. (Lihat: M.A. Gani, Cita Dasar dan Pola Perjuangan Syarikat Islam, hal. 15)
….Sarekat Islam memajukan ekonomi pribumi dan melawan hegemoni asing dan kolonial Belanda…
SDI yang kemudian menjadi SI lebih jelas mengedepankan kepentingan Islam-nasional-pribumi dan tidak dibentuk oleh kepentingan kolonial. Bahkan, SI jelas-jelas menolak segala pelecehan terhadap Islam yang ketika itu marak dilakukan oleh kelompok Boedi Oetomo. Karena itu, menjadikan Boedi Oetomo sebagai organisasi yang melandasi kebangkitan nasional adalah sebuah distorsi sejarah, bahkan bisa disebut sebagai “de-islamisasi” fakta sejarah.
Usaha untuk menjadikan sejarah berdirinya SDI sebagai Harkitnas pernah diusulkan oleh umat Islam. Pada Kongres Mubaligh Islam Indonesia di Medan tahun 1956, umat Islam mengusulkan kepada pemerintah untuk menjadikan tanggal berdirinya SDI sebagai Harkitnas berdasarkan karakter dan arah perjuangan SDI. Sayang, usulan itu sampai saat ini belum jadi kenyataan.
Kritik terhadap dijadikannya Boedi Oetomo sebagai landasan kebangkitan nasional tak hanya datang dari umat Islam.
Peneliti Robert van Niels juga mengatakan, “Tanggal berdirinya Budi Utomo sering disebut sebagai Hari Pergerakan Nasional atau Kebangkitan Nasional. Keduanya keliru, karena Budi Utomo hanya memajukan satu kelompok saja. Sedangkan kebangkitan Indonesia sudah dari dulu terjadi…Orang-orang Budi Utomo sangat erat dengan cara berpikir barat. Bagi dunia luar, organisasi Budi Utomo menunjukkan wajah barat. ” (Robert van Niels, Munculnya Elit Modern Indonesia, hal. 82-83).
….Tanggal berdirinya Budi Utomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional adalah keliru, karena Budi Utomo hanya memajukan satu kelompok saja….
Pada masa lalu, kelompok nasionalis-sekular yang berada dalam pengaruh Freemason dan Theosofi, didukung oleh elit-elit kolonial sehingga berhasil menentukan siapa aktor dan tokoh dalam panggung sejarah di negeri ini. Maka sudah saatnya ketika umat Islam memiliki akses ke jantung kekuasaan, mempunyai ikhtiar untuk meluruskan sejarah yang penuh selubung dan distorsi ini. Fakta sejarah harus diungkap dengan tinta emas berlapis kejujuran, bukan dengan tinta hitam yang sarat kepentingan.
Tulisan ini adalah ikhtiar untuk mengungkap sejarah dengan fakta-fakta yang terang dan apa adanya. Fakta-fakta sejarah ini, mungkin pada masa lalu tertutup selubung kekuasaan yang mempunyai kepentingan untuk memutus mata rantai peran umat Islam dalam pentas nasional di negeri ini. Upaya memarginalkan peran umat Islam dalam kiprah pergerakan nasional berujung pada “de-islamisasi fakta sejarah”. Ironisnya, sampai hari ini umat Islam masih memahami sejarah dalam kaca mata buram penguasa! [artawijaya/voa-islam.com]





Indonesia Masih Tidur, Belum Bangkit

18 05 2011

Setiap tanggal 20 Mei, biasanya di Indonesia selalu diperingati hari kebangkitan Nasional. Hal ini di dasari oleh sebab berdirinya Boedi utomo (BU). Sebuah organisasi yang di gagas oleh para mahasiswa STOVIA di Jakarta pada tanggal 20 Mei 1908. Konon organisasi ini merupakan tonggak baru perlawanan terhadap penjajah.

Namun apabila kita teliti kembali ternyata anggapan selama ini adalah salah, sejatinya BU bukanlah tonggak kebangkitan Nasional. Sebagaimana di Jelaskan oleh KH. Firdaus AN, mantan Ketua Majelis Syuro Syarikat Islam kelahiran Maninjau tahun 1924 dalam bukunya “ Syarikat Islam Bukan Budi Utomo : Meluruskan Sejarah Pergerakan Bangsa “. BU ini adalah organisasi yang mendukung penjajahan belanda, sama sekali tidak pernah mencita-citakan kemerdekaan Indonesia, a-nasional, anti agama, bahkan sejumlah tokohnya adalah anggota fremansory Belanda. (Risky Ridyasmara, 20 Mei Bukan Hari kebangkitan Nasional).

Sebenarnya, organisasi yang berdiri tiga tahun sebelum Budi Utomo, yakni syarikat dagang Islam (SDI) yang lebih pantas untuk dijadikan tonggak kebangkitan Nasional. SDI lah (kini dikenal dengan nama Syarikat Islam [SI]) yang nyata-nyata menjadi pelopor perjuangan kemerdekaan Indonesia, memperjuangkan kebenaran Islam.

Tampaknya oknum di negri ini memang sengaja ingin mengubur Islam. Selain memelintir peristiwa sejarah diatas, yang paling membuat sakit umat Islam ialah; pada tahun 1945, para ulama yang menginginkan negri ini untuk di atur dengan syariah Islam juga di telikung dengan manuver licik dari PPKI dengan membatalkan kesepakatan Piagam Jakarta.

Dan kini hasilnya, setelah selama bertahun-tahun selalu diperingati, indonesia juga tidak mampu bangkit-bangkit, malah bisa dikatakan sekarang semakin terpuruk. Kalau dahulu ada penjajah yang bernama VOC, kini ada nama-nama seperti; Exxon Mobile, Caltex, Shell, Freeport, Newmont. Jelas ini adalah penjajahan dalam bentuk lain.

Pengerukkan kekayaan alam oleh freeport saja misalnya, pada tahun 2005, perusahaan AS ini berhasil mengantongi keuntungan sekitar 4.2 miliar dollar atau sekitar 42 triliun rupiah. Sedangkan untuk Indonesia hanya mendapatkan 2 triliyun rupiah setiap tahunnya. Padahal perusahaan Amerika ini telah beroperasi sejak Tahun 1967. Jelas penjajahan ini namanya.

Hal ini pun berdampak terhadap kehidupan masyarakat, Kemiskinan, gizi buruk, pengangguran, tingkat kesehatan yang rendah, tak bisa dielakkan. Maka tidak ada pilihan lain, Indonesia harus segera bangkit dengan sebuah kebangkitan yang hakiki, hilangkan segala bentuk penjajahan.

Bagkit dengan Ideologi Islam

Kebangkitan suatu bangsa akan dapat di peroleh dimulai dari ketika taraf berfikir masyarakatnya meningkat, yakni dengan memeluk suatu pemikiran yang mendasar dan menyeluruh, atau memeluk sebuah ideologi. Kaum sekuler barat mampu bangkit dengan Ideologi kapitalisme, begitu juga bangsa Rusia, mereka mampu bangkit dengan memeluk Ideologi Sosialisme.

Namun perlu di garis bahwahi, kebangkitan dengan kedua ideologi ini hanyalah kebangkitan yang semu, terbukti sosialisme kemudian gagal, kapitalisme kehancurannya sudah diujung tanduk, karena borok-boroknya telah tercium, bahwa ini dalah ideologi yang berkarakter penjajahan.

Kebangkitan hakiki adalah yang terjadi di Bangsa Arab, kebangkitan ini pelopori oleh Rasulullah saw. Bangsa yang dahulunya Jahiliyah, berubah menjadi bangsa berperadaban tinggi dan mulia karena memeluk Ideologi Islam. Bahkan kemudian berhasil menerangi dua per tiga dunia.

Agar Indonesia mampu bangkit, agenda mendesak yang harus dilakukan adalah mensosialisasikan Ideologi Islam secara masif, sehingga tumbuh kesadaran di tengah-tengah umat bahwa Islam-lah satu-satunya solusi yang shahih bagi semua problematika yang ada.

Akidah Islam memiliki karakteristik sebagai akidah ruhiyah sekaligus akidah ri’ayah yang haq. Akidah Islam memerintahkan umatnya untuk menerapkan Islam secara kaffah. Islam memerintahkan untuk melakukan sholat dan puasa, namun untuk melangsungkan generasi penerus, Islam memerintahkan untuk menikah dengan lawan jenis.Sedangkan dalam rangka menjamin sebuah pernikahan, Islam juga memerintahkan sejumlah sanksi berupa deraan juga rajam bagi pelaku zina. Islam memerintahkan unntuk mmperoleh harta secara halal, demikian juga untuk menjamin kepemilikan harta, maka Islam memerintahkan potong tangan bagi pencuri. Subhanallah.

Penyelesaian dalam perampokan kekayan alam misalnya, Islam melarang terjadinya privatisasi sumber daya alam oleh swasta maupun asing, sebab Islam telah merinci distribusi dan kepemilikan harta dengan sangat jelas, yakni kepemilikan individu, kepemilikan umum, kepemilikan negara.

Kepemilikan umum mencakup harta yang dari sisi pembentukkanya tidak mungkin dimiliki oleh Individu, seperti sungai, danau, laut, dsb. Kemudian apa saja yang mencakup hajat hidup orang banyak seperti Jalan, hutan, barang tambang yang depositnya banyak, baik yang berbentuk padat, cair, maupun gas. Termasuk energi dalam cakupan api seperti bahan bakar bagi Industri, transportasi, dsb.

Rasulullah SAW bersabda: kaum muslim berserikat dalam tiga hal: air, padang gembalaan, dan api.(HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majah)

Negara khilafah adalah pihak yang mengelola berbagai kekayaan itu, baik dalam hal eksplorasi, penjualan, maupun pendistribusian. Negara khilafahlah yang menjamin setiap rakyatnya untuk menikmati haknya dalam kepemilikan umum tersebut.

Kepemilikan negara ada pada harta yang pengelolannya di tangan khalifah, seperti fa’i, kharaj serta harta yang tidak memiliki ahli waris dsb. Khalifah mengelola kepemilikan negara sesuai pandangan dan ijtihadnya dalam berbagai urusan negara dan rakyat. Khalifah boleh memberikan harta itu kepada orang miskin saja dan tidak untuk orang kaya, sebagaimana Rasulullah pernah memberikan fa’i kepada Bani Nadhir.

Sedangkan kepemilikan individu adalah harta yang pengelolannya di serahkan kepada individu, pada selain harta milik umum. Kepemilikan individu ini terlindungi. Negara tidak boleh melanggarnya.

Begitu briliannya Islam dalam mengatur urusan umat. Karena itu, Indonesia harus bangkit dengan Ideologi Islam. Sebuah ideologi yang berasaskan akidah Islam, dimana ruhnya ialah ibadah mengharap ridho dari Allah swt. Apapun masalahnya, syariah Islam solusinya. Apapun taruhannya, khilafah harus di tegakkan. Allahu Akbar!

Ali Mustofa





Revolusi Prematur Dunia Islam

5 05 2011

oleh : Iwan Januar

Tidak ada kawasan di dunia
yang bergejolak sepanas dan semenarik Timur Tengah. Selama beberapa bulan belakangan dunia menatap dengan serius dan penuh kecemasan terhadap gelombang revolusi di kawasan tersebut. Ada keyakinan bahwa angin perubahan yang terjadi di negeri-negeri itu dapat mempengaruhi wajah dunia.

Ketertarikan dan kecemasan dunia, khususnya Barat, terhadap pergolakan di wilayah Timur Tengah jelas beralasan. Sebutlah faktor minyak. Gejolak politik di Libya sudah mengubah harga minyak dunia dari 80 dolar menjadi 110 dolar perbarel. Minyak mentah jenis Brent diperdagangkan di harga US$ 116,44 perbarel. Kenaikan ini mendekati level tertinggi dalam dua tahun terakhir. Adapun minyak mentah sewwt crode berada di level US$ 104,88 perbarel. Baca entri selengkapnya »