Sekolah Berstandar Internasional Bikin Boros Anggaran Negara

28 10 2011

Koordinator Advokasi dan Investigasi Sekretariat Nasional Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (Seknas Fitra) Uchok Sky Khadafi meminta pemerintah untuk menyetop sekolah berstandar internasional (SBI), karena dinilai memboroskan anggaran negara.

“Sebab alokasi anggaran untuk SBI itu lebih besar dibandingkan dengan sekolah standar nasional, akibatnya tidak akan ada lagi pemerataan mutu pendidikan di Indonesia,” kata Uchok Sky Khadafi dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Padang, Kamis.

Menurut Uchok Sky Khadafi, Seknas FITRA telah meminta DPR bisa mendesak untuk permintaan itu mumpung masih ada waktu dan RAPBN 2012 belum disahkan. Tuntutan itu, yakni untuk menghapus alokasi anggaran bagi SBI-SBI itu agar tidak ada lagi ketidakadilan dan diskrimanasi bagi orang-orang miskin yang hanya mampu menyekolahkan anaknya pada sekolah standar nasional.

Ia mengatakan, walaupun dalam Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 50 ayat (3) daerah didorong membentuk sekolah standar internasional, namun DPR harus menghentikan kebijakan sekolah standar internasional ini.

“SBI hanya memboroskan anggaran negara, dan anggaran negara ini hanya dinikmati atau diperuntukan bagi keluarga orang-orang kaya yang justru mampu membayar uang masuk dan SPP yang sangat mahal ke sekolah Standar internasional alias SBI atau RSBI itu,” ujarnya.

Dampak lainnya, untuk kebijakan anggaran pendidikan yang tidak adil dan sangat diskriminasi ini, adalah Pemda berlomba-lomba ingin mendirikan SBI agar mendapat alokasi anggaran ‘block grant’ dari pemerintah pusat.

“Mirisnya hal ini akan mengakibatkan Pemda lebih mengutamakan memberikan alokasi anggaran (APBD) untuk SBI dan mengabaikan sekolah-sekolah yang sangat terpencil, yang sebetulnya sangat membutuhkan dana APBD,” katanya.

Berdasarkan sumber Seknas FITRA diolah dari Himpunan RKA Kementerian Pendidikan tahun 2011 dan 2012, tercatat tahun anggaran 2012, pemerintah tetap mengalokasikan anggaran untuk program RSBI dan SBI sebesar Rp 242 miliar. Sedangkan alokasi anggaran untuk sekolah standar nasional sebesar Rp 108 miliar.

Diakuinya bahwa pada tahun anggaran 2012 ini, untuk alokasi anggaran sekolah bertaraf internasional mengalami penurunan sebesar Rp 47,61 miliar lebih bila dibandingkan dengan alokasi anggaran tahun 2011 sebesar Rp 289 miliar.

Sedangkan alokasi anggaran untuk sekolah standar nasional pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar Rp 142,4 miliar lebih bila dibandingkan dengan alokasi anggaran tahun 2011 sebesar Rp 108 miliar.

Kemudian, untuk penurunan alokasi anggaran sekolah standar nasional ini sangat dratis sekali penurunan alokasi anggarannya, jika dibandingkan dengan alokasi anggaran untuk sekolah standar internasional.(republika.co.id, 27/10/2011)





Pakar Pendidikan: Label Sekolah Bertaraf Internasional Hanya Dagangan

8 07 2011

Hampir di tiap jenjang pendidikan di Indonesia akan memasuki tahun ajaran baru. Para orangtua pun sibuk mencari alternatif sekolah untuk kelanjutan pendidikan anaknya kedepan, salah satunya dengan menjatuhkan pilihan kepada Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Orangtua menilai dengan label internasional, maka mutu sekolah akan lebih terjamin.
Fenomena inilah mendapat analisa mendalam dari Erma Pawitasari, Direktur Eksekutif Andalusia Islamic Education and Management Services (AIEMS). Padahal menurutnya konsep SBI lahir tanpa penelitian yang matang. Baca entri selengkapnya »





Ibu Pencetak Generasi Unggul

29 12 2010

by Ayu Maulani,

“Ibu adalah sekolah yang jika engkau telah mempersiapkannya berarti engkau telah mempersiapkan suatu bangsa yang mempunyai akar-akar yang baik.”
Tidak ada yang dapat mengingkari betapa pentingnya peran sosok yang kita sebut Ibu. Banyak orang besar yang tampil dikancah dunia karena peran seorang ibu.Ibu imam syafi’I mewakili perjuangan ibu dari tokoh-tokoh agama.suaminya meninggal sebelum imam syafi’i lahir.Ia membesarkan Syafi’i sendirian.memotivasinya untuk belajar,mendidiknya sehingga mampu menjadi seorang mujtahid.
Sosok seorang Ibu dari Imam syafi’i adalah salah satu contoh sosok ibu yang kita harapkan.Namun bukanlah hal yang mudah untuk kita temui saat-saat ini.Karena pada faktanya banyak ibu sekarang yang lebih memilih untuk menghabiskan waktunya diluar rumah mencari uang, dibanding untuk mendidik anaknya dirumah.Atau kalaupun dirumah banyak ibu sekarang yang tersibukan dengan rutinitas pekerjaan rumah mereka.
Dengan banyaknya ibu yang berkiprah di luar rumah mencari nafkah,peluang terjadinya disharmonisasi keluarga lebih terbuka,Ibu yang lelah bekerja lebih mudah emosi .Anak sering kali menjadi sasaran pelampiasan. Baca entri selengkapnya »





PERLUKAH MEMPERTAHANKAN PENDIDIKAN ALA SEKULERISME..?!?

29 12 2010

By: Hayatun Izati Annisa

Pendidikan sekarang seolah-olah tujuannya sangat jauh sekali dengan pendidikan sebenarnya, yang namanya pendidikan seharusnya adalah mencerdaskan anak bangsa bukan sebaliknya yang hanya mengambil keuntungan dengan menjadikan pendidikan itu sendiri sebagai lahan basah untuk berbisnis. Wajar, kalau kita lihat pendidikan sekarang ini seperti itu, karena kita berada ada system yang sekuler tentunya pendidikan yang komersialisasi dan materialistik ini adalah pendidikan ala sekulerisme-kapitalisme yang ujung-ujungnya mengarah kepada ,materialisme dan perbisnisan.

Pendidikan yang materialistik merupakan gambaran dari kehidupan sekuleristik yang terbukti telah gagal menghantarkan manusia menjadi sosok pribadi yang utuh. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, paradigma pendidikan yang keliru di mana dalam sistem kehidupan sekuler, asas penyelenggaraan pendidikan juga sekuler. Tujuan pendidikan yang ditetapkan juga adalah buah dari paham sekuleristik, yakni sekedar membentuk manusia-manusia yang berpaham materialistik dan individu. Baca entri selengkapnya »





WORlD CLASS UNIVERSITY BUKAN IMPIAN

25 12 2010

by Bella (Bunga Revolusi Putih)

Indonesia sepertinya harus berlari jika ingin mengejar sepak terjang dunia pendidikan barat yang saat ini telah jauh melaju. Namun, usaha untuk menjadi lebih baik, tidak surut bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Sejak beberapa tahun yang lalu, telah dilakukan berbagai upaya dalam pendidikan di Indoneisa, dari tingkat pendidikan dasar, hingga perguruan tinggi. Untuk diperguruan tinggi sendiri, pemerintah telah mengupayakannya dalam beberapa tahun belakangan ini, agar terjadi peningkatan, terutama agar terlihat setara dengan universitas yang ada di luar negeri. Targetnya adalah universitas yang ada di Indonesia bisa termasuk dalam WCU(World Class University).
WCU adalah program ntuk meningkatkan kemampuan perguruan tinggi dalam persaingan global menjadi ukuran kebermutuan pendidikan dalam tingkat dunia. Program-program untuk mencapai target WCU yang dilakukan mencakup peningkatan kemampuan kerjasama internasional. World Class University Baca entri selengkapnya »





Potret Buram Pendidikan Kita

26 10 2010

by Sumiati
Saat ini kehidupan kaum muslimin di berbagai negeri tengah didera oleh ublic kapitalisme maupun sosialisme-komunisme. Tidak terkecuali dengan Indonesia yang merupakan salah satu negeri muslim terbesar di dunia kini tengah mengalami berbagai macam keterpurukan akibat mengemban ublic tersebut. Secara praktis, mafahim, maqayis, dan qanaah yang dimiliki oleh masyarakatpun tidak sepenuhnya diberikan kepada Islam, melainkan kepada kapitalisme maupun sosialisme-komunisme. Sehingga segala sesuatunya di ukur dengan materi, terutama sekali mengenai hak masyarakat yang seharusnya ditanggung sepenuhnya oleh Negara justru diperjual-belikan. Misalnya pendidikan, sudah selayaknya anak-anak negeri jamrud khatulistiwa ini mendapatkan pendidikan secara gratis dengan kualitas yang memadai, tapi itu hanya angan-angan di negeri mimpi, kenyataannya malah sebaliknya.
Pengantar kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), Baca entri selengkapnya »





Upaya Barat dalam Membendung Stigma Negatif Islam

26 10 2010

by Sari Wahyuni*
Upaya membangun stigma negatif terhadap Islam, sangat terasa dalam isu perang melawan terorisme yang dipimpin Amerika Serikat. Salah satunya tampak dari pemberitaan detik.com dengan judul : Penggerebekan Teroris di Bandung, Ditemukan Lembaran Kertas Arab Gundul Soal Hijrah dan Jihad. Detik.com melaporkan dalam mobil milik Fahri, yang ditangkap Densus 88 karena diduga teroris, ditemukan ceceran kertas berisi tulisan arab gundul, antara lain soal kumpulan fatwa Ibnu Taimiyyah soal jihad, hijrah, dan dakwah.

Lebih lanjut dilaporkan, ceceran kertas itu ada yang berupa tulisan tangan dan berupa print out, dengan beragam ukuran. Semua berisi tulisan arab gundul. Terdapat empat lembar kertas print out arab gundul merupakan kumpulan fatwa Ibnu Taimiyyah soal jihad, hijrah, dan dakwah

Upaya mengkaitkan terorisme dengan ajaran syariah Islam yang mulia seperti jihad,hijrah, dan dakwah memang gencar dilakukan. Padahal Ibnu Taimiyyah adalah salah satu ulama yang ‘alim dan faqih terkemuka. Demikian juga ajaran jihad dan dakwah adalah kewajiban yang diperintahkan Allah SWT . Baca entri selengkapnya »





PERLUKAH MEMPERTAHANKAN PENDIDIKAN ALA SEKULERISME..?!?

26 10 2010

by Hayatun Izati Annisa

Pendidikan sekarang seolah-olah tujuannya sangat jauh sekali dengan pendidikan sebenarnya, yang namanya pendidikan seharusnya adalah mencerdaskan anak bangsa bukan sebaliknya yang hanya mengambil keuntungan dengan menjadikan pendidikan itu sendiri sebagai lahan basah untuk berbisnis. Wajar, kalau kita lihat pendidikan sekarang ini seperti itu, karena kita berada ada system yang sekuler tentunya pendidikan yang komersialisasi dan materialistik ini adalah pendidikan ala sekulerisme-kapitalisme yang ujung-ujungnya mengarah kepada ,materialisme dan perbisnisan.
Pendidikan yang materialistik merupakan gambaran dari kehidupan sekuleristik yang terbukti telah gagal menghantarkan manusia menjadi sosok pribadi yang utuh. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, paradigma pendidikan yang keliru di mana dalam sistem kehidupan sekuler, asas penyelenggaraan pendidikan juga sekuler. Tujuan pendidikan yang ditetapkan juga adalah buah dari paham sekuleristik, yakni sekedar membentuk manusia-manusia yang berpaham materialistik dan individu. Jadi, tanpa kita sadari atau tidak, berkembang penilaian bahwa hasil pendidikan haruslah dapat mengembalikan investasi yang telah ditanam. Pengembalian itu dapat berupa gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan, atau apapun yang setara dengan nilai materi yang telah dikeluarkan. Agama ditempatkan pada posisi yang sangat individual. Nilai agama dinomor sekiankan dijadikan sebagai standar penilaian sikap dan perbuatan. Tempatnya telah digantikan yang pada faktanya bernilai materi terlihat pada saat ini. Baca entri selengkapnya »





Sistem Pendidikan yang Ideal

26 10 2010

by Sari Wahyuni*

Sedih dan kecewa itulah yang bisa kita rasakan ketika menatap kondisi pendidikan di negeri ini. Begitu banyak krisis pendidikan yang membelenggu kita, belum selesai masalah UAN yang memperpanjang masalah pendidikan , pergantian kurikulum yang selalu berubah mulai dari CBSA sampai KTSP juga tidak menghasilkan apa-apa. Betapa minimnya sarana-prasarana yang diberikan pemerintah untuk proses belajar dan pembelajaran, dari aspek bangunan hampir 50 – 60 % bangunan sekolah telah hancur. Ini hanya sebagian kecil dari krisis pendidikan. Kualitas pendidikan juga sangat menyedihkan. Menurut hasil survey UNDP (2002). Kualitas SDM Indonesia ternyata hanya menduduki peringkat 110 dari 179 negara di dunia , hanya satu tingkat diatas Vietnam. Terus pengangguran yang terus bertambah setiap tahunnya. Dan yang sangat mencengangkan yaitu peralihan status perguruan tinggi menjadi BHMN merpakan bentuk transisi untuk menjadikan perguruan tinggi layaknya sebuah PT ( perseroan terbatas ). Ini membuktikan betapa gagalnya pendidikan di Indonesia mencetak anak didik yang berkepribadian unggul serta menguasai Sains dan teknologi. Krisis pendidikan diatas disebabkan oleh cengkraman ideologi kapitalisme yang menghinggapi Indonesia. Karena dengan kapitalisasi pendidikan akan memberikan dampak yang sangat buruk yaitu, kegagalan pendanaan pendidikan atau kenaikan biaya pendidikan, maka yang kaya bisa mengecap pendidikan, lalu yang miskin semakin miskin pendidikan. Padahal seharusnya pendidikan yang berkualitas untuk siapa saja, karena pendidikan adalah asset Negara bukan milik orang kaya saja. Dalam kapitalis peran Negara diminimalkan dalam hal pendidikan atau negara lepas tangan terhadap dunia pendidikan. Akibatnya sekolah dan kampus harus banting tulang mencari dana. Baca entri selengkapnya »





Pendidikan Nasional Indonesia

26 10 2010

by Nur Helmah
Hajatan pendidikan nasional “Tahun Pelajaran Baru” baru saja kita lewatkan, belum genap tiga bulan Sebagian kecil orang tua mulai tersenyum karena selain si anak telah memperoleh sekolah yang diiginkan juga sudah menunjukkan keceriaan melewati masa “kritis” MOS (masa orientasi siswa) yang dirasa menegangkan oleh sebagian besar siswa karena sekolah membuatnya demikian agar “kewibawaan” sekolah nampak. Sebagian siswa mulai tekun mempelajari hal-hal baru lewat guru dan mata pelajaran baru. Si anak sudah menunjukkan senyum tanda ada semangat baru, teman baru, seragam baru, lingkungan baru dan masalah baru tentunya.
Namun sebagain besar orang tua menghadapi pilu episode yang kedua. Episode pertama adalah ketika harus repot mendaftar kesana kemari dengan berbagai penolakan dari sekolah satu ke sekolah lain dengan melirik mempertimbangkan pungutan sekolah mana yang terendah. Bukan lagi mutu sekolah yang menjadi bahan pertimbangan, namun uang. Pilu episode kedua yang dimaksud adalah mencicil hutang. Baca entri selengkapnya »